Kamis, 21 November 2013

Sumpahku Bukan Sumpahmu

"Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat mengubah dunia."    Sukarno
Sumber Gambar : klik disini

Walaupun saya masuk di program IPA yang mana berkutat di ilmu pengetahuan alam dan matematika, namun saya beruntung pelajaran sejarah masih diajarkan yang notabene merupakan pelajaran sosial banget. Ternyata pemerintah kita, Indonesia, masih peduli dengan bangsa ini agar anak bangsa tidak lupa akan sejarah yang diukir oleh pemuda-pemuda bangsa yang dahulunya berjuang demi kemerdekaan bangsa Indonesia sehingga kita bisa merasakan hidup layak di negara sendiri. Teringat pelajaran sejarah kelas XI mengenai kongres pemuda pada tahun 1928 yang mana politik adu domba Belanda merajalela untuk memecah belah bangsa menjadi beberapa sub-sub negara bagian dengan tujuan agar mudah dihancurkan, dipecah belah, hingga seutuhnya bangsa Indonesia kelak dimiliki oleh Belanda. Namun 28 Oktober 1928 pemuda Indonesia dari berbagai organisasi daerah seluruh Indonesia bersatu, berjanji, dan bersumpah untuk menegaskan cita-cita bangsa sebagai sebuah negara yang berdaulat. Masih ingat dengan jong java, batavia, minahasa dan lainnya ? ya, itu sebagian kecil organda yang ada pada saat itu. Hingga puncaknya 17 agustus 1945 Indonesia pun merdeka atas inisiatif pemuda bangsa yang mendesak Presiden Soekarno saat itu untuk memproklamirkan kemerdekaan bangsa. Begitu besar andil pemuda-pemuda yang berjiwa muda namun berpikiran dewasa dan tegas.

Sumber Gambar : klik disini
Sejak SMP hingga SMA saya menyadari bahwa paling tidak tiap minggunya saya melakukan kebohongan. Senin adalah hari kebohongan bagi sebagian besar siswa-siswai se-Indonesia. Mengapa bisa terjadi ? Masih ingat dengan penggalan kalimat ini,”Ikrar hidup bersih, saya anak Indonesia pemuda harapan bangsa dengan ini berjanji.......... tidak membuang sampah sembarangan, tidak mencoret-coret tembok, menjaga ketertiban umum....” Namun pada kenyataannya ? Masih sering dijumpai teman-teman yang membuang sampah sembarangan ketika jam istirahat bahkan tanpa disadari saya termasuk didalamnya. Ada lagi sebagian yang mencoret-coret tembok toilet dan pagar sekolah dengan cat “spray”. “Miris !” Kata pertama yang terbesit dibenak saya. Pemuda harapan bangsa yang menjadi cikal bakal bangsa sudah berbuat satu kebohongan kecil namun berdampak besar. Jadi tidak heran bila bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang tidak takut melanggar akan sumpah dan janji yang dilontarkannya. Sebut saja pelanggaran sumpah jabatan untuk petinggi-petinggi negeri ini yang berjanji untuk melaksanakan tugas sebaik-baiknya dalam mengayomi aspirasi masyarakat namun dilanggar karena ingin memperkaya diri sendiri. Hancur, runtuh, tidak kokoh. Percaya atau tidak hal ini dimulai karena sumpah yang hanya keluar dari mulut saja namun tidak keluar dari hati. Bangsa ini dapat tegak kokoh bila semua masyarakatnya mampu memegang sumpah dan memegang amanat yang ditekadkan dalam hati.
Sayang beribu sayang, 85 tahun sejak sumpah pemuda dilontarkan, dinodai dengan pengkhianatan diri kita sendiri untuk menjaga sumpah pemuda pada era itu untuk menjaga keutuhan bangsa. Sumpah bukan sembarang sumpah. Sumpah yang awalnya hanya sepenggal kata yang dirangkai menjadi kalimat mampu mengobarkan jiwa patriotisme. Harusnya semangat pemuda zaman “sumpah pemuda” bisa dilanjutkan pemuda zaman “sumpah ciyus miapah”. Beberapa hal yang harusnya dapat kita petik hikmahnya akibat lunturnya jiwa pemuda 1928 sebenarnya sudah tertuang didalam ideologi kita PANCASILA. Tanpa persatuan apapun yang dicita-citakan bangsa tidak akan berhasil. Oleh sebab itu hendaklah kita tanggap serta waspada terhadap ancaman, gangguan, dan rongrongan yang dapat menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa yang datang baik dari dalam maupun luar negeri. Mari kita kembali mengucapkan sumpah seperti yang diucapkan pada 1928 oleh pemuda bangsa Indonesia ,

“Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertanah air satu, tanah air Indonesia”

Sumpah pertama ku ucapkan dengan penuh penghayatan. Ucapkan berkali-kali hingga merasuk kedalam jiwa. Tanah air kita Indonesia. Apapaun yang kita lakukan untuk kemajuan Indonesia, apapun usaha kita hari ini menentukan masa depan negeri ini. Perbedaan konteks sangat mungkin terjadi karena sekarang bukanlah waktunya untuk memegang bambu runcing untuk menusuk perut penjajah, akan tetapi memegang banyak buku lalu membacanya. Menonton saluran berita, bukan infotainment. Dengan banyak membaca dan menonton berita baik nasional maupun internasional akan membuka pandangan kita bagaimana keadaan bangsa ini, apakah masih mengenai pemberitaan atas keserakahan para petinggi untuk memperkaya diri atau justru prestasi anak bangsa yang mengaharumkan nama Indonesia di kancah Internasional. 
Hendra Setiawan(kiri) dan Markis Kido(kanan), atlit bulutangkis Indonesia
 meraih gelar juara Olimpiade Beijing 2008
Sumber Gambar : klik disini
Peserta Tim Olimpiade Fisika Indonesia
di Zagreb, Croatia 2010
Sumber Gambar : klik disini
Belajar, belajar, dan belajarlah. Jangan buang-buang kesempatan besar ini dimana kita bisa menikmati bangku sekolah untuk mendapatkan ilmu yang kelak akan membuat bangsa ini kagum atas prestasimu. Pintarkan otakmu, lalu majukan bangsamu dengan kepintaranmu. Bukan malah memajukan bangsa lain karena tergiur kehidupan yang jauh lebih layak dari negeri sendiri. Begitu teganya ketika kalian menyerap ilmu yang didapat dari guru-guru di sekolah yang mana mereka berusaha untuk mencerdaskan anak bangsa INDONESIA dengan harapan bangsa ini maju dan mampu bersaing, namun digunakan untuk memajukan bangsa lain?    
Sebagian orang sangat senang bila memiliki barang impor karena asumsi produk dalam negeri yang dianggap berkualitas rendah. Padahal tahukan kalian jika itu membuat pengusaha-pengusaha dalam negeri akan 'mati' dan hasilnya ? kemiskinan pun terjadi, tindakan dan aksi kriminal pun meningkat. Jangan bangga mengatakan "liat nih, sepatu gue ini belinya di jerman loo barang impor. Harganya mahal lagi". Akan tetapi katakanlah "lihat nih, sepatu gue ini belinya di cibaduyut, harganya murah meriah, kualitas juga gak kalah sama sepatu impor." Tanpa disadari tindakan kita dalam mencintai produk dalam negeri akan berdampak positif bagi kemajuan bangsa. Industri rumahan akan meningkat, karena industri rumahan mulai bertebaran maka tingkat kesejahteraan paling tidak masyarakat lingkungan sekitar usaha akan meingkat dari segi ekonominya. Tindakan kriminal pun pasti angkanya akan tertekan karena mereka disibukkan dengan kegiatan yang dapat membuat mereka menghidupi diri sendiri bahkan keluarganya. Ingat Tanah Air dimana kita menumpang lahir, mengambil pangannya untuk dimakan, dan mengambil airnya untuk diminum


Sumber : klik disini

“Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia”

Sumpah kedua ku ucapkan lirih menyatu dalam jiwa. Masih ingat kejadian tragedi berdarah di Poso,Palu, Sulawesi Tengah ? Ya semua berakar dari permasalahan agama. Agama merupakan urusan keyakinan antara tuhan dan umatnya yang tidak boleh saling campur mencampuri. Tidak ada agam yang mengajarkan kesesatan kecuali orang itu sendiri yang membuat aturan baru. Jangan sampai bangsa ini terpecah belah karena agama. Pemuda era 1928 bersatu padu tanpa memandang RAS, suku, dan agama dalam mengobarkan semangat mengusir penjajah. Semakin terusik rasa kesatuan berbangsa jika para pelajar saja sudah berani untuk mempertahankan tradisi permusuhan antar sekolah. Bahkan tradisi ini diteruskan oleh para alumnus kepada adik tingkatnya untuk memusuhi sekolah tertentu. Alhasil tawuran, dan perusakan fasilitas umum pun terjadi. Lalu dimana letak rasa kesatuan antar bangsa jika antar sekolah saja sudah tidak bersatu ?
Sumber Gambar : klik disini
Sumpah Pemuda 1928 merupakan hal yang sangat sakral, tidak main-main dalam pengucapannya. Seyogyanya menjadi renunggan bersama, bagaimana bangsa ini menjadi satu jika pada kenyataannya “Bhineka Tunggal Ika” hanya menjadi sebuah slogan. Padahal alangkah baiknya bila kita berjalan, melangkah bersama, hidup berdampingan, saling mengasihi dan menyayangi. Ingat, pertumpahan darah dan nyawa pemuda pada zaman itu adalah harga yang sangat mahal untuk membeli satu kata yaitu “MERDEKA”.

Sumber Gambar : klik disini
Sumpah Pemuda adalah pemersatu bangsa yang harus diterapkan sehari-hari. Misalnya saja dikelas tidak membeda-bedakan teman yang menganut agama minoritas. Coba bayangkan bila terjadi perdebatan karena sebuah perbedaan yang awalnya bermula di kelas sekolah, berujung menjadi konflik antar golongan yang dapat memecah belah keutuhan bangsa Indonesia. Satukan tangan, genggam erat, dan berjanjilah untuk menjaga keutuhan bangsa ini dengan tidak memulai suatu tindakan yang dapat ketersinggungan antar agama, RAS, atau suku tertentu. Perbedaan dan keberagaman itu indah bila disatukan. Dan menjadi semakin kuat bila semuanya menyatu. 


“Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia”

Sumpah ketiga ku ucapkanlah dengan perasaan malu dengan kepala tertunduk. Mengapa kita tidak menyadari bahwa bahasa Indonesia adalah salah satu bahasa paling keren di dunia ? padahal sejak 1928, pemuda bangsa Indonesia telah menyadari itu. Namun seiring perkembangan zaman, bahasa Indonesia pun dianggap kurang menguntungkan untuk dipelajari dibandingkan bahasa asing. Memang tidak ada salahnya mempelajari bahasa asing untuk memperluas jangkauan pandang kita terhadapat dunia luar, akan tetapi jangan lupakan bahasa “ibu” mu. Bahasa pertama yang kamu ucapkan dimuka bumi ini, bahasa yang membuatmu mampu mengerti maksud seseorang sehingga bertambahlah pengetahuanmu. Perlu diketahui , bahasa Indonesia sudah cukup terkenal di luar negeri. Sebut saja beberapa negara seperti Australia, Jepang, Amerika Serikat, dan Jerman adalah yang menyambut baik pelajaran bahasa Indonesia di berbagai lembaga, dan universitas terkenal disana.
Sumber Gambar : klik disini
Patut disayangkan dibalik kesuksesan terkenalnya bahasa Indonesia di luar negeri, ada segelintir anak bangsa yang entah dari mana asalanya mengubah kosakata bahasa Indonesia menjadi bahasa baru dan juga cara penulisan kata yang disingkat-singkat  serta menggunakan simbol-simbol tertentu yang dikombinasikan dengan angka terkadang membuat bahasa Indonesia sendiri sulit untuk dibaca maupun dipahami. Fenomena “alay” , begitulah sebutan untuk bahasa dan penulisan aneh tersebut. Tidak sadarkah bagaimana sejarah EYD tercipta ? dengan berbagai revisi-nya lantas terciptalah bahasa Indonesia yang telah disempurnakan. Mari cintai bahasa Indonesia dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bangga gunakan bahasa Indonesia jangan bangga menggunakan bahasa asing. Terkadang kita malu bila salah dalam pengucapan bahasa asing namun kita terbiasa untuk tidak malu ketika salah baik dalam pengucapan maupun penulisan bahasa Indonesia. Karena pada hakikatnya bahasa digunakan untuk menyampaikan pesan agar dapat dipahami maksudnya oleh orang lain. Indonesia memiliki berbagai macam suku, lantas berbeda pula bahasanya. Maka tak salah jika bahasa merupakan alat pemersatu bangsa Indonesia.
Sumpah bukan sembarang sumpah. Sumpah adalah janji yang harus ditepati dengan berbagai resiko besar mengahadang bila sumpah itu dilanggar. Oleh karena itu mari kita jaga keutuhan bangsa, jaga amanah bangsa, majukan bangsa, untuk masa depan Indonesia yang lebih gemilang. J

“Apabila dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun”  Sukarno






Kamis, 21 November 2013

Sumpahku Bukan Sumpahmu

"Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat mengubah dunia."    Sukarno
Sumber Gambar : klik disini

Walaupun saya masuk di program IPA yang mana berkutat di ilmu pengetahuan alam dan matematika, namun saya beruntung pelajaran sejarah masih diajarkan yang notabene merupakan pelajaran sosial banget. Ternyata pemerintah kita, Indonesia, masih peduli dengan bangsa ini agar anak bangsa tidak lupa akan sejarah yang diukir oleh pemuda-pemuda bangsa yang dahulunya berjuang demi kemerdekaan bangsa Indonesia sehingga kita bisa merasakan hidup layak di negara sendiri. Teringat pelajaran sejarah kelas XI mengenai kongres pemuda pada tahun 1928 yang mana politik adu domba Belanda merajalela untuk memecah belah bangsa menjadi beberapa sub-sub negara bagian dengan tujuan agar mudah dihancurkan, dipecah belah, hingga seutuhnya bangsa Indonesia kelak dimiliki oleh Belanda. Namun 28 Oktober 1928 pemuda Indonesia dari berbagai organisasi daerah seluruh Indonesia bersatu, berjanji, dan bersumpah untuk menegaskan cita-cita bangsa sebagai sebuah negara yang berdaulat. Masih ingat dengan jong java, batavia, minahasa dan lainnya ? ya, itu sebagian kecil organda yang ada pada saat itu. Hingga puncaknya 17 agustus 1945 Indonesia pun merdeka atas inisiatif pemuda bangsa yang mendesak Presiden Soekarno saat itu untuk memproklamirkan kemerdekaan bangsa. Begitu besar andil pemuda-pemuda yang berjiwa muda namun berpikiran dewasa dan tegas.

Sumber Gambar : klik disini
Sejak SMP hingga SMA saya menyadari bahwa paling tidak tiap minggunya saya melakukan kebohongan. Senin adalah hari kebohongan bagi sebagian besar siswa-siswai se-Indonesia. Mengapa bisa terjadi ? Masih ingat dengan penggalan kalimat ini,”Ikrar hidup bersih, saya anak Indonesia pemuda harapan bangsa dengan ini berjanji.......... tidak membuang sampah sembarangan, tidak mencoret-coret tembok, menjaga ketertiban umum....” Namun pada kenyataannya ? Masih sering dijumpai teman-teman yang membuang sampah sembarangan ketika jam istirahat bahkan tanpa disadari saya termasuk didalamnya. Ada lagi sebagian yang mencoret-coret tembok toilet dan pagar sekolah dengan cat “spray”. “Miris !” Kata pertama yang terbesit dibenak saya. Pemuda harapan bangsa yang menjadi cikal bakal bangsa sudah berbuat satu kebohongan kecil namun berdampak besar. Jadi tidak heran bila bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang tidak takut melanggar akan sumpah dan janji yang dilontarkannya. Sebut saja pelanggaran sumpah jabatan untuk petinggi-petinggi negeri ini yang berjanji untuk melaksanakan tugas sebaik-baiknya dalam mengayomi aspirasi masyarakat namun dilanggar karena ingin memperkaya diri sendiri. Hancur, runtuh, tidak kokoh. Percaya atau tidak hal ini dimulai karena sumpah yang hanya keluar dari mulut saja namun tidak keluar dari hati. Bangsa ini dapat tegak kokoh bila semua masyarakatnya mampu memegang sumpah dan memegang amanat yang ditekadkan dalam hati.
Sayang beribu sayang, 85 tahun sejak sumpah pemuda dilontarkan, dinodai dengan pengkhianatan diri kita sendiri untuk menjaga sumpah pemuda pada era itu untuk menjaga keutuhan bangsa. Sumpah bukan sembarang sumpah. Sumpah yang awalnya hanya sepenggal kata yang dirangkai menjadi kalimat mampu mengobarkan jiwa patriotisme. Harusnya semangat pemuda zaman “sumpah pemuda” bisa dilanjutkan pemuda zaman “sumpah ciyus miapah”. Beberapa hal yang harusnya dapat kita petik hikmahnya akibat lunturnya jiwa pemuda 1928 sebenarnya sudah tertuang didalam ideologi kita PANCASILA. Tanpa persatuan apapun yang dicita-citakan bangsa tidak akan berhasil. Oleh sebab itu hendaklah kita tanggap serta waspada terhadap ancaman, gangguan, dan rongrongan yang dapat menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa yang datang baik dari dalam maupun luar negeri. Mari kita kembali mengucapkan sumpah seperti yang diucapkan pada 1928 oleh pemuda bangsa Indonesia ,

“Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertanah air satu, tanah air Indonesia”

Sumpah pertama ku ucapkan dengan penuh penghayatan. Ucapkan berkali-kali hingga merasuk kedalam jiwa. Tanah air kita Indonesia. Apapaun yang kita lakukan untuk kemajuan Indonesia, apapun usaha kita hari ini menentukan masa depan negeri ini. Perbedaan konteks sangat mungkin terjadi karena sekarang bukanlah waktunya untuk memegang bambu runcing untuk menusuk perut penjajah, akan tetapi memegang banyak buku lalu membacanya. Menonton saluran berita, bukan infotainment. Dengan banyak membaca dan menonton berita baik nasional maupun internasional akan membuka pandangan kita bagaimana keadaan bangsa ini, apakah masih mengenai pemberitaan atas keserakahan para petinggi untuk memperkaya diri atau justru prestasi anak bangsa yang mengaharumkan nama Indonesia di kancah Internasional. 
Hendra Setiawan(kiri) dan Markis Kido(kanan), atlit bulutangkis Indonesia
 meraih gelar juara Olimpiade Beijing 2008
Sumber Gambar : klik disini
Peserta Tim Olimpiade Fisika Indonesia
di Zagreb, Croatia 2010
Sumber Gambar : klik disini
Belajar, belajar, dan belajarlah. Jangan buang-buang kesempatan besar ini dimana kita bisa menikmati bangku sekolah untuk mendapatkan ilmu yang kelak akan membuat bangsa ini kagum atas prestasimu. Pintarkan otakmu, lalu majukan bangsamu dengan kepintaranmu. Bukan malah memajukan bangsa lain karena tergiur kehidupan yang jauh lebih layak dari negeri sendiri. Begitu teganya ketika kalian menyerap ilmu yang didapat dari guru-guru di sekolah yang mana mereka berusaha untuk mencerdaskan anak bangsa INDONESIA dengan harapan bangsa ini maju dan mampu bersaing, namun digunakan untuk memajukan bangsa lain?    
Sebagian orang sangat senang bila memiliki barang impor karena asumsi produk dalam negeri yang dianggap berkualitas rendah. Padahal tahukan kalian jika itu membuat pengusaha-pengusaha dalam negeri akan 'mati' dan hasilnya ? kemiskinan pun terjadi, tindakan dan aksi kriminal pun meningkat. Jangan bangga mengatakan "liat nih, sepatu gue ini belinya di jerman loo barang impor. Harganya mahal lagi". Akan tetapi katakanlah "lihat nih, sepatu gue ini belinya di cibaduyut, harganya murah meriah, kualitas juga gak kalah sama sepatu impor." Tanpa disadari tindakan kita dalam mencintai produk dalam negeri akan berdampak positif bagi kemajuan bangsa. Industri rumahan akan meningkat, karena industri rumahan mulai bertebaran maka tingkat kesejahteraan paling tidak masyarakat lingkungan sekitar usaha akan meingkat dari segi ekonominya. Tindakan kriminal pun pasti angkanya akan tertekan karena mereka disibukkan dengan kegiatan yang dapat membuat mereka menghidupi diri sendiri bahkan keluarganya. Ingat Tanah Air dimana kita menumpang lahir, mengambil pangannya untuk dimakan, dan mengambil airnya untuk diminum


Sumber : klik disini

“Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia”

Sumpah kedua ku ucapkan lirih menyatu dalam jiwa. Masih ingat kejadian tragedi berdarah di Poso,Palu, Sulawesi Tengah ? Ya semua berakar dari permasalahan agama. Agama merupakan urusan keyakinan antara tuhan dan umatnya yang tidak boleh saling campur mencampuri. Tidak ada agam yang mengajarkan kesesatan kecuali orang itu sendiri yang membuat aturan baru. Jangan sampai bangsa ini terpecah belah karena agama. Pemuda era 1928 bersatu padu tanpa memandang RAS, suku, dan agama dalam mengobarkan semangat mengusir penjajah. Semakin terusik rasa kesatuan berbangsa jika para pelajar saja sudah berani untuk mempertahankan tradisi permusuhan antar sekolah. Bahkan tradisi ini diteruskan oleh para alumnus kepada adik tingkatnya untuk memusuhi sekolah tertentu. Alhasil tawuran, dan perusakan fasilitas umum pun terjadi. Lalu dimana letak rasa kesatuan antar bangsa jika antar sekolah saja sudah tidak bersatu ?
Sumber Gambar : klik disini
Sumpah Pemuda 1928 merupakan hal yang sangat sakral, tidak main-main dalam pengucapannya. Seyogyanya menjadi renunggan bersama, bagaimana bangsa ini menjadi satu jika pada kenyataannya “Bhineka Tunggal Ika” hanya menjadi sebuah slogan. Padahal alangkah baiknya bila kita berjalan, melangkah bersama, hidup berdampingan, saling mengasihi dan menyayangi. Ingat, pertumpahan darah dan nyawa pemuda pada zaman itu adalah harga yang sangat mahal untuk membeli satu kata yaitu “MERDEKA”.

Sumber Gambar : klik disini
Sumpah Pemuda adalah pemersatu bangsa yang harus diterapkan sehari-hari. Misalnya saja dikelas tidak membeda-bedakan teman yang menganut agama minoritas. Coba bayangkan bila terjadi perdebatan karena sebuah perbedaan yang awalnya bermula di kelas sekolah, berujung menjadi konflik antar golongan yang dapat memecah belah keutuhan bangsa Indonesia. Satukan tangan, genggam erat, dan berjanjilah untuk menjaga keutuhan bangsa ini dengan tidak memulai suatu tindakan yang dapat ketersinggungan antar agama, RAS, atau suku tertentu. Perbedaan dan keberagaman itu indah bila disatukan. Dan menjadi semakin kuat bila semuanya menyatu. 


“Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia”

Sumpah ketiga ku ucapkanlah dengan perasaan malu dengan kepala tertunduk. Mengapa kita tidak menyadari bahwa bahasa Indonesia adalah salah satu bahasa paling keren di dunia ? padahal sejak 1928, pemuda bangsa Indonesia telah menyadari itu. Namun seiring perkembangan zaman, bahasa Indonesia pun dianggap kurang menguntungkan untuk dipelajari dibandingkan bahasa asing. Memang tidak ada salahnya mempelajari bahasa asing untuk memperluas jangkauan pandang kita terhadapat dunia luar, akan tetapi jangan lupakan bahasa “ibu” mu. Bahasa pertama yang kamu ucapkan dimuka bumi ini, bahasa yang membuatmu mampu mengerti maksud seseorang sehingga bertambahlah pengetahuanmu. Perlu diketahui , bahasa Indonesia sudah cukup terkenal di luar negeri. Sebut saja beberapa negara seperti Australia, Jepang, Amerika Serikat, dan Jerman adalah yang menyambut baik pelajaran bahasa Indonesia di berbagai lembaga, dan universitas terkenal disana.
Sumber Gambar : klik disini
Patut disayangkan dibalik kesuksesan terkenalnya bahasa Indonesia di luar negeri, ada segelintir anak bangsa yang entah dari mana asalanya mengubah kosakata bahasa Indonesia menjadi bahasa baru dan juga cara penulisan kata yang disingkat-singkat  serta menggunakan simbol-simbol tertentu yang dikombinasikan dengan angka terkadang membuat bahasa Indonesia sendiri sulit untuk dibaca maupun dipahami. Fenomena “alay” , begitulah sebutan untuk bahasa dan penulisan aneh tersebut. Tidak sadarkah bagaimana sejarah EYD tercipta ? dengan berbagai revisi-nya lantas terciptalah bahasa Indonesia yang telah disempurnakan. Mari cintai bahasa Indonesia dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bangga gunakan bahasa Indonesia jangan bangga menggunakan bahasa asing. Terkadang kita malu bila salah dalam pengucapan bahasa asing namun kita terbiasa untuk tidak malu ketika salah baik dalam pengucapan maupun penulisan bahasa Indonesia. Karena pada hakikatnya bahasa digunakan untuk menyampaikan pesan agar dapat dipahami maksudnya oleh orang lain. Indonesia memiliki berbagai macam suku, lantas berbeda pula bahasanya. Maka tak salah jika bahasa merupakan alat pemersatu bangsa Indonesia.
Sumpah bukan sembarang sumpah. Sumpah adalah janji yang harus ditepati dengan berbagai resiko besar mengahadang bila sumpah itu dilanggar. Oleh karena itu mari kita jaga keutuhan bangsa, jaga amanah bangsa, majukan bangsa, untuk masa depan Indonesia yang lebih gemilang. J

“Apabila dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun”  Sukarno